“Ada
Apa di Ciampea”
Untuk
Memenuhi Mata Kuliah Pengantar Arkeologi
Dosen
Pengampu : Neli Wachyudin S.S
Disusun
oleh :
Wili
Wilastri (4322313030002)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN ILMU DAN PENDIDIKAN
(STKIP)
SETIA
BUDHI RANGKASBITUNG
Januari
,2016
Kata
Pengantar
Puji
syukur kita limpahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , karena dengan karunianya
kita semua bisa menyelesaikan tugas mata kuliah pengantar arkeologi ini dengan
sebaik-baiknya.
Saya
pribadi sebagai penyusun telah menyelesaikan tugas mata kuliah arkeologi ini
untuk memenuhi UAS mata kuliah pengantar arkeologi dengan bertemakan situs atau
peninggalan sejarah di Ciampea dan dengan judul Kepedulian Masyarakat Daerah
Sekitar Situs-Situs Di Ciampea.
Adapun
banyak kesulitan yang saya hadapi ialah kesulitan mencari sumber teori dan
sumber lainya seperti buku dan lainya, akan tetapi itu tidak membuat saya surut
untuk menyelesaikan tugas ini.
Semoga
dalam adanya tugas ini pembaca dapat sedikit mengetahui tentang situs-situs yang
di ciampea.
BAB
I
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Kabupaten Bogor banyak memiliki kekayaan pariwisata,
salah satunya wisata sejarah yang banyak terdapat di daerah-daerah di wilayah
Kabupaten Bogor, Seperti di Daerah Tujuan Wisata Bogor Barat yang mempunyai
banyak kekayaan seni dan budaya. Wisata sejarah yang ada di antaranya merupakan
peninggalan zaman prasejarah, yaitu Batu Tulis Ciaruteun. Terletak di tepi
sungai Ciaruteun perbatasan Kecamatan Ciampea dan Kecamatan Cibungbulang.
Pada lokasi Batu Tulis Ciaruteun ini terdapat pula
peninggalan sejarah lainnya seperti: Prasasti Kebon Kopi I, yang terdapat
telapak kaki gajah Airwata, sebagai kendaraan Raja Purnawarman, lalu Prasasti
Kebon Kopi II, yang letaknya berada di sungai dan terdapat tulisan bahasa
sansekerta berhuruf pallawa. Ada juga peninggalan sejarah lainnya seperti: Batu
Dakon, Prasasti Jambu, Garisul dan Kampung Adat Urug yang merupakan kekayaan
Kabupaten Bogor yang tak ternilai harganya.
Ciampea adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat, Indonesia, yang terdiri dari 13 kelurahan/desa. Wilayah
ini terkenal pada masa lalu (dengan sebutan lamanya Tjampea) karena adanya
ekosistem yang khas berupa perbukitan kapur, serta aneka peninggalan purbakala;
kini sebagian wilayah itu termasuk dalam Kecamatan Cibungbulang.
Pusat Kecamatan Ciampea terletak di Desa
Bojongrangkas, di tepi jalan utama Bogor - Jasinga - Tigaraksa (Jalan Nasional
Rute 11), dekat percabangan menuju bukit kapur Ciampea. Lokasi ini dapat
dicapai dengan menggunakan transportasi umum (angkot) dari Terminal Bubulak
atau Terminal Laladon di Kota Bogor jurusan ke Ciampea, Leuwiliang, atau
Jasinga.
Wilayah Ciampea merupakan pintu untuk menuju
beberapa lokasi wisata seperti Gunung Salak Endah (wisata alam), Bukit Kapur
Ciampea (wisata olahraga panjat tebing), dan petilasan purbakala di Ciaruteun
(wisata sejarah). Potensi wisata yang dimiliki Kecamatan Ciampea sendiri adalah
Kampung Wisata Cinangneng di Desa Cihideung Udik, yang menyediakan atraksi
wisata suasana pedesaan, seperti aktivitas menanam dan memanen padi, membajak
sawah dan atraksi hiburan kesenian tradisional Sunda bagi wisatawan.
II.
Tinjauan pustaka
Menurut catatan sejarah, di jawa barat terdapat
sebuah kerajaan yang bernama Taruma (Tarumanegara). Disebabkan sumber-sumber
sejarahnya masih sangat sedikit hingga sekarang kisah kerajaan trauma masih
sangat fragmentaris , bertumpu pada beberapa sumber berupa sejumlah prasasti,
tinggalan arkeologis dan berita cina yang juga masih samar-samar.
Melalui sumber-sumber tersebut, dapat diketahui
bahwa kerajaan trauma berkembang pada abad ke- 5 sampai 8 M. Berdasarkan tempat
prasasti dan tinggalan arkeologi lain yang diidentifikasikan sebagai tinggalan
dari masa kerajaan trauma , dapat diduga
bahwa kerajaan ini memiliki wilayah yang luasnya meliputi sebagian besar jawa
barat. Temuan-temuan tersebut tersebar diwilayah-wilayah kabupaten karawang ,
Bekasi, Bogor, Pandeglang, dan wilayah DKI Jakarta.
Berita tertua yang dianggap membicarakan kerajaan
Taruma adalah berita Cina yang berasal dari Fa Hsien. Berita ini terdapat dalam
laporan perjalanan yang ditulis Fa Hsien
pada tahun 414 M, berjudul Fo-Kuo-chi. Dalam buku ini di kisahkan perjalanan Fa
Hsien dari Cina Ke india melalui Ceylon. Diceritakan pula keadaan di Ya-wa-di
dimana ia tinggal selama lima bulan, setelah kapal yang ditumpanginya dari Ceylon mendapat
kerusakan dan terdampar di Ya-Wa-Di. Oleh goeneveldt, ya-wa-di ini
di-hubung-kan dengan Ya-wa-da yang dalam sejarah dinasti sung disebutkan rajanya
yang bernama S’ri Pa-da-do-a-la-pa-mo; pada tahun 435 M mengirimkan utusanya ke
negeri cina
Rouffaer dan Moens menghubungkan Ya-wa-di ini dengan
jawa (yawadipa). Mereka mengidentifikasi dengan Taruma. Di dalam berita Cina
,kerajaan Taruma sejak dinasti Soui
(abad ke-6 M) dan dynasi Tang (abad ke-7 M) disebut To-lo-mo, sedangkan S’ri
Pa-da-do-a-la-pa-mo diidentifikasi dengan Sri Purnawarman (Rouffaer, 1905:Moens
1937).
Berita Cina yang menyebutkan adanya sebuah kerajaan
bernama To-lo-mo (Taruma) dan rajanya bernama S’ri Pa-da-do-a-la-pa-mo (sri
Purnawarman), memang bersesuaian dengan isi prasasti-prasasti Raja Purnawarman
dari kerajaan Taruma. Prasasti-prasasti tersebut diperkirakan berasal dari
pertengahan abad ke-5.
III.
Metode penelitian
Metode
penelitian sejarah adalah metode atau cara yang digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan penelitian peristiwa sejarah dan permasalahannya. Dalam sebuah
penelitian sejarah kerap sekali mahasiswa sejarah melakukan penelitian dengan
beberapa metode diantaranya Heuristik,Kritik sumber,interpretasi dan
Historiografi.
Sjamsuddin
(2007: 14) mengartikan metode sejarah sebagai suatu cara bagaimana mengetahui
sejarah.
Menurut
Kuntowijoyo (1994: xii), metode sejarah merupakan petunjuk khusus tentang
bahan, kritik, interpretasi, dan penyajian sejarah.
Menurut
Sukardi (2003: 203) penelitian sejarah adalah salah satu penelitian mengenai
pengumpulan dan evaluasi data secara sistematik, berkaitan dengan kejadian masa
lalu untuk menguji hipotesis yang berhubungan dengan faktor-faktor penyebab,
pengaruh atau perkembangan kejadian yang mungkin membantu dengan memberikan
informasi pada kejadian sekarang dan mengantisipasi kejadian yang akan datang.
Kesimpulan
yang dapat diambil peneliti dari beberapa pengertian tersebut adalah bahwa
metode sejarah merupakan proses penelitian terhadap sumber-sumber masa lampau
yang dilakukan secara kritis-analitis dan sistematis dengan akhir kontruksi
imajinasi yang disajikan secara tertulis.
IV.
Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian ini adalah untuk menjelaskan cerita, persepsi, dan penggunaan
terhadap peninggalan masa purbakala yang terdapat di Kecamatan Ciampea, Bogor
Jawa Barat. Pula untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar Arkeologi.
V.
Lokasi Penelitian
Lokasi
Penelitian ini bertempat di Kampung Ciaruteun Hilir, Desa Cibungbulang,
Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat
VI.
Objek Penelitian
Objek
Penelitian ini adalah sebagai berikut :
·
Prasasti Batu Telapak Gajah Kebon Kopi I
·
Prasasti Batu Tulis Ciaruteun
·
Prasasti Batu Muara Cianten
·
Situs Batu Dakon
VII.
Kondisi Alam dan Masyarakat Daerah
Penelitian
Kondisi umum daerah
penelitian berupa daerah perbukitan dan dataran rendah. Lahan yang ada
digunakan untuk pemukiman, persawahan, perkebunan, dan hutan. Daerah penelitian
dilewati oleh jalan propinsi yang menuju Kabupaten Lebak Propinsi Banten,
selain itu jalan antar desa berupa jalan aspal, jalan berbatu, dan jalan
setapak. Mata pencaharian masyarakat setempat umumnya adalah petani, pedagang,
penambang, supir, dan buruh. Di daerah penelitian terdapat kawasan penambangan
batu gamping yang pada mulanya berupa pabrik kapur, namun telah lama pailit dan
pada akhirnya hanya menjadi penambangan rakyat biasa. Kondisi singkapan di daerah penelitian cukup
beragam, dimana dapat ditemukan singkapan dalam jarak dekat sampai sedang,
lapuk sampai agak lapuk, dan menerus sampai tidak menerus.
VIII.
Bahasa
Bahasa
di daerah penelitian adalahh bahasa sunda yang termasuk kepada kelompok bahasa
sunda kasar. Terlihat dari keseharian penduduk setempat apabila berinteraksi
dengan yang lebih tua atau muda selalu menggunakan kata akhiran “heueuh”. Kata
tersebut jika di dalam bahasa sunda termasuk ke dalam golongan sunda kasar
karena tidak memiliki tingkatan bahasa seperti bahasa Sunda yang lazim
digunakan di bumi priangan. Bahasa di daerah penelitian sedikit mirip dengan
bahasa sunda Banten. Perbedaan yang mencolok dengan bahasa sunda Banten hanya
terletak di bagian Intonasi pengucapan dan aksen bahasa. Kejadian seperti ini
dipengaruhi oleh pola aliran sungai yang melintasi daerah tersebut.
BAB II
Deskripsi Situs
1. Prasasti
Muara Cianten
(Pak Tata) Batu tulis
terdapat di kali cisadane (badan dan tulisan ) sejajar dan searah atau sejarah
,batu tulisan. Ditemukan oleh orangtua dari pak tata, batu itu terdapat di
zaman prasejarah, batu tulis yang mengandung arti yang padat batu itu
bertulisan bahasa saka seketemunya atau sakapanggihna. Karena pada waktu itu
tidak ada tulisan , berkomunikasi menggunakan bahasa symbol atau siloka misal
Ingin menulis rumah maka ia menggambar rumah maka dari itu tulisan inipun tidak
bisa dibaca.
Pemimpin yang berada
dipulau jawalah yang menuliskan sejarah batu tulis. Menurut cerita penemu batu
tulis ini konon dari orang cina, hal yang di paparkan oleh pak tata mendapat
sumber dari orang tuanya cerita , jadi cerita turun temurun,
Adapun didaerah ini
tidak ada sangkut pautnya dengan mitos, di kali cisadane hanya terdapat satu
jenis batu yang bertulis batu tulis ini juga terdapat pada zaman hewan yang
bisa bicara.
Selama 25 tahunlah
bapak ini mengurus batu ini dalam pembuatan jalan, adapun alasanya ialah karena
kebetulan batu tulis ini (prasasti muara cianten) bertepatan dekat dengan tanah
pak tata.
Hasil yang didapat
selain sumber cerita dari Pak Tata (penjaga situs atau yang mempunyai lahan
dekat Prasasti Muara Cianten).
Situs Muara Cianten
terletak di sungai muara cianten disitus ini terdapat sebuah tulisan yang menurut sumber hasil
wawancara menggunakan tulisan Saka adapun tulisan itu terdapat pada sebuah batu
besar , ketinggian batu yang diukur didasar tanah dengan menggunakan mistar
skalasi 10 cm dan dengan lebar 1,50 m dan panjang 3 m.
Peninggalan Sejarah Ini
Disebut Prasasti Karena Memang Ada Goresan Tetapi Merupakan Pahatan Gambar
Sulur-Suluran (Pilin) Atau Ikal Yang Keluar Dari Umbi. Prasasti ini pertamakali
ditemukan oleh N.W. Hoepermans pada tahun 1864.
Di sebelah timur muara
cianten terdapat 5 buah menhir yang pertama dengan titik koordinat 26 ° LU
dengan tinggi 39 cm dan lebar 30 cm.
Dari kiri ke kanan
Kemudian arca yang
kedua yang bentuknya berbeda dengan yang pertama dengan lebar 47 cm dan tinggi
35 cm dengan titik koordinat 30° LU, yang kemudian menhir yang
selanjutnya ialah sekilas seperti tumpukan batu yang dengan titik koordinat 40 ° LU dengan tinggi 24 cm dan lebar
41 cm, dan menhir yang selanjutnya dengn titik koordinat 49 ° LU dengan tinggi 62 cm dan lebar
26 cm.
Dan terakhir dengan
titik koordinat 43 °
LU dengan tinggi 65 cm dan lebar 46 cm/
2. Batu
Dakon
Di dalam cungkup Batu
Dakon terdapat dua buah batu dakon, dan tiga buah menhir kecil. Salah satu batu
berbentuk tidak beraturan dan kasar dengan lubang berjumlah belasan berukuran
besar kecil. Sedangkan batu dakon yang kedua berbentuk lebih teratur dan halus
serta terbuat dari batu hitam yang teksturnya terlihat lebih baik.
Batu dakon telah
dijadikan tempat sebagai penanggalan atau itung-itungan waktu oleh kerajaan
sunda, akan tetapi setelah masa kerajjan sunda dikuasai oleh purnawarman dakon
ini dipakai sebagai pemujaan arwah leluhur yang pada waktu itu system
kepercayaan animisme dan dinamisme,Di situs batu dakon ini terdapat 3 menhir
dan 2 dakon menhir yang paling tinggi berada di titik koordinat 40 ° LU yang mengarah k arca dengan
ketinggian 74,5 cm dari permukaan tanah, (menurut pak atma karena dari
permukaan tanah sampai kebawah terdapat 1 m) dan memiliki lebar 28 cm jenis
menhir ini merupakan zaman yang memiliki konstruktur jenis batu halus.
Dekat dengan menhir
yang paling tinggi tadi terdapat sebuah dakon yang berkonstruktur halus yang
berbentuk lingkaran dan memiliki lubang yang terlihat sebanyak 10 dan tidak
terlihat sebanyak 26 jadi total keseluruhan adalah 36 pas dengan 360 hari dalam
setahun.
Dakon halus ini tidak
memiliki ketinggian yang sama dalam satu lingkaran itu, akan tetapi memiliki
ketinggian di sebelah utara lebih tinggi disbanding yag lain yang telah kami
ukur memiliki ketinggian 10 cm dan lebar 77,5 cm.
dalam
dakon itu terdapat beberapa lubang yang terlihat dengan kedalaman 10,5 cm dan
lebar 6 cm.
dekat dengan dakon
halus terdapat pula dakon kasar yang memiliki 5 lubang yang terlihat dengan
lebar 77,5 cm dan lebar lubang dakon yang paling terlihat ialah 5 cm dan dengan
kedalaman 8,9 cm.
Batu
yang hamper tak Nampak ini karena alas dan dakon ini memiliki struktur yang
kasar maka kami kesulitan menentukan ketinggian dari dakon kasar ini.
Kemudian tidak jauh
hanya beberapa cm dari batu kasar terdapat menhir yang memiliki ketinggian 46
cm dengan titik koordinat 26 °
LU mengarah ke arca,batu ini berstruktur kasar dibandingkan dengan batu yang
pertama yang lebih tinggi dari batu yang pertama , batu ini pun tegak tidak
seperti batu halus yang pertama.
Dalam prasasti dakon
terdapat pula batu yang tak beraturan batu yang Nampak pertama kali kita lihat
jika pertama kali masuk ke bangunan prasasti dakon yang dekat dengan pintu
keluar dibandingkan dengan yang lain
Memiliki ketinggian
26,4 cm dan lebar 42 cm batu yang tak beraturan ini memiliki ukuran panjang 50
cm.
3. Prasasti
Ciaruten
Prasasti Ciaruteun
bergoreskan aksara Pallawa yang disusun dalam bentuk seloka bahasa Sanskerta
dengan metrum Anustubh yang terdiri dari empat baris dan pada bagian atas
tulisan terdapat pahatan sepasang telapak kaki, gambar umbi dan sulur-suluran
(pilin) dan laba-laba.
Teks:
vikkrantasyavanipat eh
srimatah purnnavarmmanah
tarumanagarendrasya
visnoriva padadvayam
Terjemahan:
“Inilah (tanda)
sepasang telapak kaki yang seperti kaki Dewa Wisnu (pemelihara) ialah telapak
yang mulia sang Purnnawarmman, raja di negri Taruma, raja yang gagah berani di
dunia”.
Cap telapak kaki
melambangkan kekuasaan raja atas daerah tempat ditemukannya prasasti tersebut.
Hal ini berarti menegaskan kedudukan Purnawarman yang diibaratkan Dewa Wisnu
maka dianggap sebagai penguasa sekaligus pelindung rakyat.
Dalam situs ini
terdapat batu besar yang berhasil kami ukur dengan ukuran dan titik koordinat
48 ° LU dari arah batu dakon dan 42 ° LS mengarah ke selatan.
Dengan tinggi 146 cm.
Pada
prasasti Ciaruten ini atau biasa di sebut batu tulis ini Nampak atas terlihat
foto diambil dari atas menggunakan monopod dengan panjang 216,5 cm dan memiliki
lebar 166 cm, selain itu juga kami mengukur telapak kaki yang berada di batu
prasasti dengan ukuran kaki yang berbeda kaki kanan yang berhasil kami ukur
kaki kanan dengan panjang dari tumit ke jempol 24,5 cm dan dari jari kelinking
ke jempol 12,7 cm sedangkan kai kiri memiliki panjang 25,5 dengan lebar dr jari
kelingking ke jari jempol 12,2 cm.
Batu ini dahulu berada
di sungai ciaruten yang menurut cerita batu ini dipindahkan sedikit demi
sedikit oleh sebuah tambang yang di ikatkan ke sebuah pohon besar yang
merupakan saksi hidup dari awal batu itu sa,pai batu itu pindah ke tempat yang
sekarang.
4. Kebon
Kopi I
Prasasti Kebonkopi I
ditemukan di Kampung Muara (kini termasuk wilayah Desa Ciaruteun Ilir,
Cibungbulang, Bogor) pada abad ke-19, ketika dilakukan penebangan hutan untuk
lahan perkebunan kopi. Oleh karena itu prasasti ini disebut Prasasti Kebonkopi
I. Hingga saat ini prasasti tersebut masih berada di tempatnya ditemukan (in
situ).
Prasasti Kebonkopi I
(dinamakan demikian untuk dibedakan dari Prasasti Kebonkopi II) atau Prasasti
Tapak Gajah (karena terdapat pahatan tapak kaki gajah) merupakan salah satu
peninggalan kerajaan Tarumanagara.
Prasasti ini ditulis
dengan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta yang disusun ke dalam bentuk seloka
metrum Anustubh yang diapit sepasang pahatan gambar telapak kaki gajah.
Teks:
~ ~ jayavisalasya Tarumendrasya
hastinah ~ ~
Airwavatabhasya vibhatidam ~
padadvayam
Terjemahan:
“Di sini nampak
tergambar sepasang telapak kaki …yang seperti Airawata, gajah penguasa Taruma
yang agung dalam….dan (?) kejayaan”.
Dalam
mitologi Hindu, Airawata adalah nama seekor gajah putih, wahana Dewa Indra.
Airawata merupakan putera dari Irawati, salah satu puteri Daksa. Dalam mitologi
Hindu sering digambarkan bahwa Airawata ditunggangi oleh Indra yang membawa
senjata Bajra, sambil membasmi makhluk jahat. Menurut mitologi Hindu, Airawata
merupakan salah satu gajah penjaga alam semesta. Ia dianggap sebagai pemimpin
para gajah.
Prassati kebon Kopi
I ini memiliki tinggi 69,5 cm dengan
lebar 111 cm dan panjang 200 cm yang berada pada titik koordinat 48 ° LU dan 48 ° LS.
BAB III
Tinjauan Arkeologi
Arkeologi,
berasal dari bahasa Yunani, archaeo yang berarti "kuno" dan logos,
"ilmu". Nama alternatif arkeologi adalah ilmu sejarah kebudayaan
material. Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari kebudayaan (manusia) masa lalu
melalui kajian sistematis atas data bendawi yang ditinggalkan. Kajian
sistematis meliputi penemuan, dokumentasi, analisis, dan interpretasi data
berupa artefak (budaya bendawi, seperti kapak batu dan bangunan candi) dan
ekofak (benda lingkungan, seperti batuan, rupa muka bumi, dan fosil) maupun
fitur (artefaktual yang tidak dapat dilepaskan dari tempatnya (situs
arkeologi). Teknik penelitian yang khas adalah penggalian (ekskavasi)
arkeologis, meskipun survei juga mendapatkan porsi yang cukup besar.
Teknik
penelitian yang khas adalah penggalian arkeologi penggalian, meskipun survei
juga mendapatkan porsi yang cukup besar.
Tujuan
arkeologi beragam dan menjadi perdebatan panjang. Di antaranya adalah apa yang
disebut paradigma arkeologi, yang menyusun sejarah kebudayaan, memahami
perilaku manusia, serta memahami proses perubahan budaya.
Karena
bertujuan untuk memahami budaya manusia, ilmu ini termasuk ke dalam kelompok
humaniora. Meskipun demikian, ada berbagai ilmu bantu yang digunakan, antara
lain, sejarah, antropologi, geologi untuk ilmu membentuk lapisan bumi adalah
referensi umur relatif dari arkeologi temuan, geografi, arsitektur,
paleoantropologi dan bioantropologi, fisika, antara lain , dengan karbon C-14
untuk mendapatkan pertanggalan mutlak, ilmu metalurgi untuk mendapatkan
unsur-unsur benda logam, serta filologi mempelajari naskah kuno.
Arkeologi
pada masa sekarang merangkumi berbagai bidang yang berkait. Sebagai contoh,
penemuan mayat yang dikubur akan menarik minat pakar dari berbagai bidang untuk
mengkaji tentang pakaian dan jenis bahan digunakan, bentuk keramik dan cara
penyebaran, kepercayaan melalui apa yang dikebumikan bersama mayat tersebut,
pakar kimia yang mampu menentukan usia galian melalui cara seperti metoda
pengukuran karbon 14. Sedangkan pakar genetik yang ingin mengetahui pergerakan
perpindahan manusia purba, meneliti DNAnya.
Secara
khusus, arkeologi mempelajari budaya masa silam, yang sudah berusia tua, baik
pada masa prasejarah (sebelum dikenal tulisan), maupun pada masa sejarah
(ketika terdapat bukti-bukti tertulis). Pada perkembangannya, arkeologi juga
dapat mempelajari budaya masa kini, sebagaimana dipopulerkan dalam kajian
budaya bendawi modern (modern material culture).
Karena
bergantung pada benda-benda peninggalan masa lalu, maka arkeologi sangat
membutuhkan kelestarian benda-benda tersebut sebagai sumber data. Oleh karena
itu, kemudian dikembangkan disiplin lain, yaitu pengelolaan sumberdaya
arkeologi (Archaeological Resources Management), atau lebih luas lagi adalah
pengelolaan sumberdaya budaya (CRM, Culture Resources Management).
Arkeologi
sendiri adalah ilmu yang mempelajari kebudayaan masa lalu melaluli bukti-bukti
fisik yang ditinggalkan oleh orang-orang pada zaman dahulu. Hal ini meliputi
artefak-artefak kecil, contohnya seperti mata panah yang digunakan untuk
membuat bangunan besar seperti piramida. Dan hal-hal lainnya yang dibuat atau
dimodifikasi oleh orang-orang pada zaman dahulu adalah bagian dari catatan
arkeologi.
Para
Arkeolog menggunakan sisa-sisa peninggalan ini untuk memahami dan menciptakan
kembali semua aspek-aspek dari budaya masa lalu, dari kehidupan sehari-hari
orang biasa sampai dengan kaisar-kaisar agung. Seringkali, objek-objek ini
terkubur dan harus sangat berhati-hati dalam menggali sebelum mereka dapat
mempelajarinya. Dalam banyak kasus, hanya ada beberapa petunjuk yang mereka
temukan untuk menolong mereka dalam merekonstruksi ulang kehidupan orang-orang
kuno. Objek-objek yang ditemukan ini seperti potongan-potongan kecil dari
puzzle raksasa yang mereka harus pecahkan.
Arkeologi membantu kita
untuk menghargai dan melestarikan warisan orang-orang pada zaman dahulu.
Memberitahu kita tentang masa lalu, membantu kita dalam memahami dari mana kita
berasal, dan menunjukan kepada kita bagaimana orang-orang pada masa lalu hidup
dan menghadapi tantangan, dan mengembangkannya kepada masyarakat luas apa yang
kita punya sekarang.
BAB
IV
Manfaat
Arkeologi Bagi Pembelajaran Sejarah
Sejarah tidak hanya dapat
digunakan sebagai sarana pembelajaran bagi kelompak masyarakat. Sejarah dapat
menjadi sumber inspirasi atau memberikan ilham bagi masyarakat lain untuk
bangkit dari keterpurukan. Contohnya peristiwa kemenangan jepang atas rusia
telah menumbuhkan inspirasi dan semangat bagi negara-negara Asia untuk bangkit
menentang penjajahan bangsa Barat. Peristiwa lainnya yaitu Revolusi Perancis
yang telah memberikan inspirasi bagi negara-negara lain untuk menempatkan hukum
sebagai kekuasaan tertinggi.
Mempelajari sejarah akan
dapat memberikan unsur ketrampilan bagi yang mempelajarinya, misalnya ketika
kita mempelajari bagaimana nenek moyang kita membuat api maka cara-cara yang
dilakukan nenek moyang itu dapat kita contoh hari ini. Begitu juga ketika nenek
moyang kita membuat kerajinan logam, itupun bisa kita contoh hari ini.Jadi pada
hakekatnya apa yang ada hari ini merupakan produk masa lalu.
Maka dengan kita mengetahui
ilmu arkeologi kita bisa mengetahui suatu kebenaran sejarah yang mengenai
benda-benda peninggalan zaman dulu yang bersifat ppermanen yang disakralkan
oleh para peneliti sebeagai sebuah peninggalan sejarah. Karena peristiwa
sejarah yang meninggalkan benda-benda
sejarah tidak akan jauh dari suatu penelitian arkeologi karena memiliki
nilai penting dalam upaya menggambarkan
atau memotret keadaan masa lalu sehingga dapat menghasilkan dan menjadikan
refleksi pembelajaran masyarakat
sekarang.
BAB V
KESIMPULAN
Dalam penulisan ini dapat di
pahami bahwa situs arkeologi di ciampea merupakan sebuah situs yang
melambangkan perjalanan seorang raja purnawarman yang ada di beberapa titik di ciampea bogor salah
satunya ada situs batu tulis ciaruten, dimana situs ciaruten merupakan situs
yang melambangkan kekuasaan seorang raja purnawarman di daerah jawa barat itu
terbukti dengan adanya dua telapak kaki purnawarman yang berada di situs ciaruten,
selain prasasti ciaruten terdapat juga beberapa situs yang telah di terangkan
di atas.
Peninggalan-peninggalan
kerajaan tarumengara ini lah yang menjadi sebuah informasi dan pengetahuan bagi
yang hanya mengetahui dari sumber bacaan tanpa terjun langsung ke tempatnya,
karena dengan adanya peninggalan-peninggalan ini menjadi sebuah bukti sejarah
yang tak bisa di palsukan dengan adanya pendapat-pendapat yang berbeda.
Penggunaan situs-situs
mengakibatkan beberapa isu muncul oleh karena itu banyak sekali perbedaan dan
persamaan dalam arti yang berkaitan dengan situs-situs.
Kita dapat melihat bahwa
peninggalan-peninggalan memiliki arti yang sangat penting bagi beberapa
golongan dalam masyarakat disekitaran situs.
DAFTAR PUSTAKA